Sumber foto : darisungaiderhaka.blogspot.com
Tika siang aku hadir,
bersama cahaya yang melirik di
langit kota,
dalam kerumunan berjuta manusia
yang sedondon serona,
aku melangkah bersama,
langkahku bukan langkah kosong,
tapi langkahku adalah langkah
untuk menuntut sebuat keadilan,
demi sistem provinsi yang lebih
baik…
Tika malam pula aku hadir,
suasananya sunyi, gelap dan
malap,
yang menyuluh hanyalah
lampu-lampu jalan dan lampu bangunan seberang,
rasanya sungguh tenang dan
nyaman,
udara bertiup lembut
mengibarkan 14 panji-panji nusa yang berbaris menghias dataran,
tiba-tiba kedamaian itu diragut
dan dirampas,
hati yang tadi tenang mulai
bergoncang,
aku sungguh kecewa,
mengapa tempat bersejarah lagi
bersignifikasi ini tercemar,
tercemar dengan tingkah anak
muda yang melampaui batas,
bergaul bebas, berpegangan
tangan dan ada antaranya berpeluk cium...
Saat itu aku bertanya,
mengapa tika aku hadir di siang
hari dihalang?,
diletakkan duri, dilempar
lakrimator dan disembur air berbisa,
sedangkan kehadiranku membawa
tujuan yang murni,
dan mengapa tika malam aku
hadir,
kerosakan generasi yang
mencemar tanah bersejarah itu dibiar begitu sahaja?,
mengapa tidak diperlakukan
seperti saat aku hadir disiang hari?
Wahai penguasa, wahai yang
berkuasa dan wahai yang Maha Kuasa,
dengarlah rintihan hamba
marhaen ini...
berilah kebebasan kepada kami,
berilah peluang kepada kami,
berilah keadilan kepada kami,
berilah ketelusan kepada kami,
dan berilah kemenangan kepada
kami,
kerana kami sudah muak hidup
sebegini,
dan kami ingin keluar dari kepompong,
serta ingin terbang bebas
seperti rerama di Dataran Merdeka...
Abang Asyraff
Bukit Pantai, Kuala Lumpur
Sumber foto : www.theborneopost.com